Subuh Istimewa Yang Tidak Boleh Dilewati

Subuh Istimewa Yang Tidak Boleh Dilewati


BOLTIM Pikiran Rakyat

– Sunyi meliputi kampung kecil di tepian kota. Langit tetap gelap, hanya kadang-kadang terdengar suara meronggut ayam jantan dan hembusan angin bergulir lewat daun-daunan. Dalam sebuah rumah panggung sederhana, seorang bocah bernama Rafi mulai membuka mata dengan perlahan.

Jam dinding mengindikasikan pukul 04.15._alarm hp-nya belum menyala, namun suara halus sang bunda yang berasal dari arah dapur sudah cukup untuk membangarkannya.

“Rafi, nak, bangunkan dirimu. Waktunya subuh hampir tiba,” bisik ibunya sambil mempersiapkan air hangat.

Rafi menyeka muka, mencoba untuk tetap terjaga. Ini adalah hari pertama ia memenuhi komitmennya: tidak akan absen dari salat Subuh berjamaah di masjid sepanjang bulan Ramadhan. Ingatan tentang nasihat sang bapa yang telah meninggal bergema dalam benaknya, “Salat subuh adalah pintu rezeki, anakku. Jangan sekali-kali engkau lepaskan.”

Perlahan-lahan, dia beranjak ke kamar mandi sebelum memakaikan sarung dan pecinya. Meskipun udara subuh masih terbilang dingin, antusiasmenya malah lebih panas daripada biasa. Keluar ruangan, warna biru sudah mulai mendominasi langit. Sementara itu, suara panggilan shalat bergema dari sebuah mesjid yang letaknya ada diujung jalanan.

Rafi berjalan percaya diri, melewati kabut subuh. Ia kemudian duduk di deretan terdekat dari mesjid, bersama sejumlah tokoh desa. Setelah imam memulai pengumuman takbir, Rafi menjalankan sholat dengan sungguh-sungguh.

Setelah shalat, dia menarik napas dan sebentar kemudian merebahkan diri, menghanyutkan diri ke dalam kedamaian. Dalam lubuk hatinya yang paling tenang, dia bergumam, “Abah, ku tepati janjiku. Shubuh hari ini tidak akan kulupakan.”

Sinar matahari mulai menerangi langit. Hari baru saja berawal dalam keheningan yang begitu berharga. ***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *