.CO.ID – JAKARTA
Penjualan surat utang syariah negara (SBSN) ritel yang juga dikenal sebagai sukuk ritel seri SR022 akan dimulai pada Jumat (16/5), tepatnya pukul 09.00 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB). Periode penawaran untuk sukuk ritel SR022 ini akan bertahan sekitar 34 hari dan ditutup pada tanggal 18 Juni 2025 sampai pukul 12.00 WIB.
Pemerintah menawarkan dua opsi jangka waktu untuk surat utang syariah retail SR022. Opsi pertama adalah periode 3 tahun (SR022-T3) dengan tingkat bunga 6,45%, dan opsi kedua berdurasi 5 tahun (SR022-T5) dengan tingkat bunga 6,55%.
Kupon dari sukuk ritel bersifat tetap atau fixed rate. Ini berarti bahwa jumlah kupon yang diusulkan tidak akan dipengaruhi oleh fluktuasi tingkat suku bunga patokan di masa mendatang, penjelasan ini diberikan oleh Tony Prianto, Direktur Pembiayaan Syariah pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan kepada .co.id, Kamis (15/5).
Tony menggarisbawahi bahwa saat merumuskan return yang diharapkan, pihak berwenang senantiasa mencermati pendanaan negara, angka suku bunga pasaran, serta hasil obligasi negara.
Imbal hasil tersebut akan di terima setiap tanggal 10, dan pembayaran kupon awalnya jatuh tempo pada tanggal 10 Agustus 2025.
Pesan minimal untuk kedua jenis sukuk ritel seri SR022 ini adalah Rp 1 juta. Untuk batas pesan maksimum, SR022-T3 dapat mencapai hingga Rp 5 miliar sedangkan SR022-T5 bisa sampai Rp 10 miliar.
“Jatuh temponya untuk SR022-T3 adalah tanggal 10 Juni 2028, sedangkan SR022-T5 jatuh pada 10 Juni 2030,” ungkap Tony.
Tony percaya bahwa penawaran SR022 akan mendapat sambutan positif dari investor ritel dalam negeri, berkat kesuksesan kedua seri SBN yang telah diluncurkan sebelumnya.
“SR022 dapat dijadikan pilihan menarik lantaran memiliki risiko rendah dan mudah diperdagangkan,” kata Tony.
Associate Direktur Fixed Income dari Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto mengatakan bahwa walaupun tingkat kupon sukuk ritel SR 022 yang ditawarkan lebih kecil daripada ORI027, namun jumlahnya dianggap masih cukup menarik.
“Apabila dibandingkan dengan tingkat bunga deposito di bank milik pemerintah yang berkisar antara 2,5% hingga 3,5%, suku bunganya masih lebih rendah daripada kupon SR022,” jelas Ramdhan kepada .co.id pada hari Kamis (15/5).
Ramdhan pun mengamati bahwa minat masyarakat yang berpotensi menjadi investor dalam jenis instrumen semacam itu sangat tinggi. Oleh karena itu, peluang di masa mendatang tetap menjanjikan.
“Menurut perkiraanku, penjualannya dapat menyentuh angka antara Rp 15 hingga Rp 20 triliun. Ini dikarenakan produk tersebut tergolong dalam kategori yang dapat diperdagangkan, kuponnya tetap cukup menggiurkan, tarif pajaknya pun relatif lebih ringan, serta prosedur transaksinya menjadi lebih sederhana,” jelas Ramdhan.